Emas kembali ke level tertinggi selama tujuh tahun, membumbung di atas $1.600 per ounce. Namun, logam mulia ini melakukannya bukan karena ketidakpastian mengenai dampak wabah virus corona pada ekonomi global, justru sebaliknya. Dalam upaya memperhalus konsekuensi negatif wabah, bank-bank sentral melunakkan kebijakan moneter mereka, yang berimbas negatif pada nilai tukar mata uang nasional. Hasilnya, logam mulia yang berdenominasi euro, yen dan unit moneter lainnya menjadi lebih percaya diri.
Saham ETF emas tumbuh selama enam pekan berturut-turut, terus mencetak rekor tertinggi.
Menguatnya posisi logam mulia terjadi meski indeks-indeks saham AS bergerak dengan meyakinkan dan greenback tumbuh. Investor menebus kegagalannya dalam pasar sekuritas, karena mereka yakin Tiongkok akan dapat mengatasi malapetaka yang menimpanya berkat stimulus moneter dan fiskal berskala besar. Sementara pertumbuhan laba korporat di AS melambat, cash flow earnings masih tinggi dan bunga pinjaman tetap rendah. Sebagai tambahan, Federal Reserve dapat mendukung S&P 500 kapan saja dengan ekspansi moneter.
Tidak kalah mengejutkan adalah pertumbuhan nilai tukar emas dan indeks USD. Sejak awal tahun ini, harga mata uang AS terhadap sekeranjang lawan-lawan utamanya naik lebih dari 3%, dan satu ounce emas sebesar 6%.
Greenback lebih kuat dari sebelumnya berkat ekonomi AS yang berdiri kokoh dan arus masuk modal yang besar ke pasar sekuritas AS. Indeks USD mencapai level tertinggi selama tiga tahun dan mendekati angka 100 poin.
"Dolar tampaknya menang dalam menghadapi risiko, saat profitabilitasnya terhadap volatilitas nilai tukar yang sangat rendah masih unggul, dan pasar saham AS terus terlihat lebih baik dari pasar sekuritas di tempat lain. Sentimen menghindari risiko (risk aversion) juga mendukung dolar berkat permintaan untuk aset-aset bertahan, termasuk obligasi AS," ahli strategi mata uang di National Australia Bank mengatakan.
Namun, investor memilih menyisihkan ruang dalam portofolio mereka untuk logam mulia, sebagai jaminan dari risiko potensi koreksi dalam indeks S&P 500 dan kembalinya bank sentral AS ke siklus pemotongan suku bunga preventif. Revaluasi greenback memperlambat inflasi, jadi regulator tersebut mungkin akan merangsang inflasi dengan memotong suku bunga.
Sementara itu, penurunan yield obligasi Treasury AS memberikan bantuan pada bulls emas. Investor membeli instrumen surat utang untuk alasan yang sama saat membeli logam mulia: mereka khawatir akan ketidakpastian seputar wabah virus corona. Perlu diingat bahwa penurunan suku bunga tidak hanya terjadi di AS. Sebagai contoh, sejak awal tahun ini, yield pada obligasi pemerintah Tiongkok 10 tahun turun lebih dari 25 poin karena potensi perlambatan ekonomi Tiongkok dan langkah insentif dari Bank Rakyat Tiongkok (PRC). Pada akhir Januari, warga asing meningkatkan simpanan surat utang PRC mereka sebesar $14 miliar, mencapai rekor $2,2 triliun.
Pada 2019, bunga pasar utang global yang menurun dan melemahnya mata uang-mata uang utama dunia menjadi penggerak utama rally emas. Situasi XAU/USD untuk bulls tetap menguntungkan pada 2020 karena wabah virus corona.
Pertanyaan utamanya sekarang adalah seberapa lama virus yang baru ini akan menggairahkan para investor.
Menurut pakar UBS, jika ekonomi global dapat bertahan dari pukulan ini, maka risiko koreksi emas akan naik.
Dalam gilirannya, ahli strategi Deutsche Bank mempertahankan pandangan optimis pada prospek untuk logam mulia.
"Proteksionisme perdagangan terus memberikan dampak yang mengerikan pada pertumbuhan ekoboni global, bank-bank sentral di negara-negara berkembang masih mencari alternatif selain dolar AS sebagai aset cadangan, kebijakan moneter global masih menstimulasi, dan inflasi berada di bawah level target, sementara situasi geopolitik memberikan risiko besar," catat para pakar.
Menurut mereka, mungkin keramaian seputar emas hanya permulaan saja.
Dengan demikian, cukup mungkin bahwa dalam menghadapi kekhawatiran terhadap virus corona, emas akan mengalami pullback korektif yang moderat, sehingga mempertahankan momentum untuk naik yang terbentuk pada bulan Desember. Naik dari satu area konsolidasi ke area lainnya, harga dapat mengembangkan pertumbuhan hingga ke level-level di dekat $1.700 per ounce, yang dapat terlihat pada awal 2013. Skenario yang lebih ekstrim untuk beberapa bulan mendatang menunjukkan akselerasi harga ke $1,800 per ounce (nilai tertinggi pada 2012).